VALIDITAS INSTRUMEN DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


VALIDITAS INSTRUMEN DAN RELIABILITAS INSTRUMEN




 





Makalah
Disusun Sebagai Tugas Individu
Pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran


 OLEH :
FUAD MA’SUM
NIM. 1522402186


6 PBA B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan  teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel atau konsisten.[1] Statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis walaupun telah sesuai dengan hipotesis yang diajukan, skala data dan rancangan penelitian yang digunakan, tetapi ketepatan hasil pengujian masih tergantung pada instrumen penelitiannya. Bila instrumen penelitian yang digunakan validitas dan reliabilitasnya rendah sudah barang tentu kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut tidak tepat. Instrumen harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (handal).
Instrumen yang valid berarti instrumen mampu mengukur tentang apa yang diukur, misalnya seseorang ingin mengukur berat badannya, maka alat yang digunakannya adalah timbangan. Termometeradalah alat yang valid untuk mengukur suhu, tetapi tidak valid digunakan untuk mengukur berat badan. Instrumen yang memenuhi persyaratan reliabilitas (handal), berarti instrumen menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun instrumen tersebut digunakan mengukur berkali-kali. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Namun, hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Selain memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, instrumen hendaknya memenuhi persyaratan kepraktisan. Artinya instrumen tersebut praktis untuk dilaksanakan, ringkas, mudah dimengerti, dan hemat biaya.
2.      Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud Validitas instrument?
  2. Apa saja Macam Macam Validitas Instrumen?
  3. Apa pengertian reliabilitas instrument?
  4. Apa tipe tipe reallibilitas?
  5. Apa faktor faktor yang mempengaruhi realibilitas?

































BAB II
PEMBAHASAN
1.      Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. [2] Kemudian, Arikunto menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment.[3] Menurut Gronlund validitas dapat diartikan sebagai ketepatan yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen penilaian. Suatu instrumen penilaian dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.[4]
Validitas suatu instrumen penilaian mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut:
  1. Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen penilaian untuk grup individual.

  1. Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah, dan tinggi.
  2. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi metrologi industri
2.      Macam-Macam Validitas
Pada tahun 1940-an dan awal tahun 1950 para ahli pengukuran pendidikan telah melakukan berbagai macam pengkajian terhadap bagaimana menentukan dan menilai validitas. Pada tahun 1954 misalnya the American Psychological Association Test and Diagnostic Techniques mengusulkan empat pendekatan yang sering dinamakan empat muka validitas (four faces of validity) yang digunakan untuk menentukan validitas.6 Empat validitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi validitas yang dapat diketahui melalui pemikiran (validitas logis) dan hal yang kedua diketahui melalui uji empiris (validitas empiris). Dua hal inilah yang merupakan garis besar sebagai dasar pengelompokan validitas tes. Berikut penjelasan dari jenis-jenis validitas tersebut:
a.       Validitas Logis
Istilah ”validitas logis” mengandung kata ”logis” berasal dari kata ”logika”, yang berarti penalaran. Dengan demikian validitas logis menunjuk pada kondisi instrumen valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).[5]
1)      Validitas Isi (Content Validity)
Donald, dkk. mengemukakan bahwa ”content validity is evidence based on test content involves the test’s content and its relationship to the construct it is intended to measure. The Standards defines content-related evidence as The degree to which the sample of items, tasks, or questions on a test are representative of some defined universe or domain of content.” Donald mengartikan bahwa validitas isi adalah hubungan isi dengan item atau pertanyaan-pertanyaan di dalam tes yang representatif dari semua domain-domain isi pelajaran atau sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Senada dengan itu, Wayan mendefinisikan validitas isi sebagai kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.[6]  Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid jika materi tes tersebut benar-benar bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan.
Untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak, dapat dilakukan dengan jalan membandingkan materi tes tersebut dengan analisa rasional yang kita lakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut. Apabila materi tes tersebut cocok dengan analisa rasional yang kita lakukan, berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi, sebaliknya jika materi tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita, berarti tes tersebut tidak valid. Sebagian ahli tes berpendapat bahwa tidak satupun pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk menentukan validitas isi suatu tes.
Menurut Guion (1977), validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgmen para ahli. Validitas isi suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, Wiersma dan Jurs (1990) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika. Berikut merupakan prosedur yang dapat digunakan, antara lain:
1. mendefiniskan domain yang hendak diukur.
2. menentukan domain yang akan diukur oleh masing-masing soal.
3. membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan.
2)      Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Secara etimologis, kata ”konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka, atau rekaan. Adapun secara terminologis, tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes  hasil belajar tersebut (ditinjau dari susunan, kerangka, atau rekaannya) telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi berpikir (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus. Konstruk (construct) adalah suatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur aspek yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum

b.      Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau obyek penelitian yang lain. Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang sama/yang disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara skor hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang telah pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda tingkatannya.

c.       Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas dimana suatu alat pengukur dapat memprediksi kemampuan satu individu yang bekerja dalam situasi mendatang. Validitas ini sangat penting untuk memilih atau mengklasifikasi individu-individu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai validitas prediksi yang paling baik. Lebih tepat membuat prediksi dari kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh dengan cara mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria pengukuran yang telah ada pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui validitas prediksi digunakan perhitungan hubungan antara skor alat pegukur yang disusun dengan alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan dalam situasi sebelumnya. Proses menghitung variabel prediksi terdiri dari beberapa langkah yaitu:
-        Mengidentifikasi dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang valid
-        Menjalankan alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah laku yang diprediksi muncul
-        Gunakan ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi dari alat pengukur tersebut. Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut valid memprediksi.

3.      Reliabilitas Instrumen
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari asal kata reliabel yang artinya dapat dipercaya. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama atau ajeg dalam kelompoknya.[7]  Uno, dkk. memberikan penekanan pada pengertian reliabilitas sebagai konsistensi tes. Yaitu, seberapa konsisten skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabilitas merujuk pada ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.[8]
Dalam http://wapedia.mobi/id reliabilitas, keandalan adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).[9] Jadi jelas bahwa, reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapathasil korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan koefesien reliabilitas yang bergerak dari angka 0 sampai dengan angka 1. Jika koefesiennya semakin mendekati  angka 1 maka semakin reliabel dan sebaliknya.

4.      Tipe-tipe Reliabelitas
Berbagai tipe tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a.       Relibalelitas Dengan Tes-Retes
Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu dites lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang ingin diukur (Sukardi, 2008).
Sedangkan Arikunto (1997: 88) Metode tes ulang (tes-retes) dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut juga dengan single-test-double-trial-method. Jika hasil koefisien menunjukkan tinggi, berarti reliabilias tes adalah bagus. Sebaliknya, jika korelasi rendah, berarti tes tersebut mempunyai konsistensi rendah. Reliebelitas tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
  1. Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana.
  2. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama tersebut.
  3. Korelasikan kedua hasil tes tersebut.
b.      Reliabelitas Dengan Bentuk Ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 87) tes paralel atau equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butirnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Alternate-forms method (parallel forms). Tes reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Tentukan sasaran yang hendak dites
  2. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
  3. Administrasinya hasilnya secara baik.
  4. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang kedua kalinya pada kelompok tersebut
  5. Korelasikan kedua hasil skor tersebut.
Perlu diketahui juga bahwa tes ekivalensi mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan pengukuran (Sukardi, 2008). Pernyataan lain juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 88) kelemahan dari metode ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi pula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
c.       Reliebilitas Dengan Bentuk Belah Dua
Menurut Sukardi (2008: 47) Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya satu kali. Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan dengan urutan sebagai  berikut:
  1. Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
  2. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor genap pada kelompok tersebut.
  3. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
  4. Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2008).

5.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Dalam mengestimasi reliabilitas tes ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas tes, sehingga tes tersebut tidak reliabel. Pada umumnya, dalam pendidikan reliabilitas sebuah tes dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual. Terkadang reliabilitas dipengaruhi oleh faktor yang permanen ataupun faktor yang terjadi karena faktor sementara seperti karena kelelahan, menerka, atau pengaruh latihan.[10] Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut:
a)      Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur.
b)      Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
c)      Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
d)     Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.







BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Validitas dan reliabilitas merupakan syarat mutlak bagi alat ukur untuk mengukur sikap beberapa orang responden dalam penelitian. Validitas digunakan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu instrumen tes/item pertanyaan yang diberikan. Item yang valid adalah item yang dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas adalah keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan.
Validitas suatu tes dapat dilihat melalui penalaran (logis) maupun melalui fakta-fakta empiris. Validitas logis dapat ditinjau dari isi dan susunan tes, dimana instrumen tes harus linier dengan isi/pelajaran dan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian untuk membuat susunan butir-butir tes yang dikatakan valid adalah mendasarkannya dengan susunan indikator-indikator yang telah dirumuskan. Contoh dari validitas logis adalah validitas isi dan validitas konstruk. Kemudian validitas empiris merupakan validitas yang dapat diuji secara empiris. Instrumen diuji melalui metode statistika. Validitas empiris dapat dibagi menjadi dua, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal memperlihatkan seberapa jauh hasil ukur setiap butir tes konsisten dengan  hasil ukur instrumen secara keseluruhan. Sedangkan validitas eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain diluar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Contoh dari validitas eksternal adalah validitas konkuren (bandingan) dan validitas prediktif. Sedangkan reliabilitas dibagi menjadi dua, yaitu: reliabilitas tanggapan dan reliabilitas konsistensi gabungan item. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk memperoleh data-data yang valid. Data-data ini yang kemudian dianalisis dalam rangka mencari kesimpulan penelitian. Kesimpulan yang akan menentukan ditolaknya hipotesis nol atau diterimanya hipotesis nol.

DAFTAR PUSTAKA

Djaali & Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm. 49.
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 144
Hamzah, B. Uno, dkk, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian (Jakarta: Delima Press, 2010), hlm. 141
http://wapedia.mobi/id , diakses tanggal 6 April 2018.
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedelapan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 109
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesepuluh, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 17
Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 65
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 30-31
Wayan Nurkancana. Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm.  129



[1] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesepuluh, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 17

[2] Djaali & Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm. 49.
[3] Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedelapan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 109
[4] Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 30-31
[5] Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 65
[6] Wayan Nurkancana. Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm.  129
[7] Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 144
[8] Hamzah, B. Uno, dkk, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian (Jakarta: Delima Press, 2010), hlm. 141
[9] http://wapedia.mobi/id, diakses tanggal 6 April 2018.
[10] Sumarna Surapranata, op-cit, p. 87

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOGO KEMENAG JATENG MAJENG (REDESIGN)

METODE, STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI TINGKAT MI, MTs, MA/MAK BERBASIS KURIKULUM 2013

RPP K13 Materi Puasa Wajib Puasa Sunnah Kelas 8 SMP