VALIDITAS INSTRUMEN DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
VALIDITAS INSTRUMEN DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Makalah
Disusun Sebagai Tugas Individu
Pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
OLEH :
FUAD
MA’SUM
NIM.
1522402186
6 PBA B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
PURWOKERTO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Meteran
yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur
panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur
berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat
ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel atau konsisten.[1]
Statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis walaupun telah sesuai dengan
hipotesis yang diajukan, skala data dan rancangan penelitian yang digunakan,
tetapi ketepatan hasil pengujian masih tergantung pada instrumen penelitiannya.
Bila instrumen penelitian yang digunakan validitas dan reliabilitasnya rendah
sudah barang tentu kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut tidak tepat.
Instrumen harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (handal).
Instrumen
yang valid berarti instrumen mampu mengukur tentang apa yang diukur, misalnya
seseorang ingin mengukur berat badannya, maka alat yang digunakannya adalah
timbangan. Termometeradalah alat yang valid untuk mengukur suhu, tetapi tidak
valid digunakan untuk mengukur berat badan. Instrumen yang memenuhi persyaratan
reliabilitas (handal), berarti instrumen menghasilkan ukuran yang konsisten
walaupun instrumen tersebut digunakan mengukur berkali-kali. Instrumen yang
valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid dan reliabel. Namun, hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek
yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data. Selain memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, instrumen
hendaknya memenuhi persyaratan kepraktisan. Artinya instrumen tersebut praktis
untuk dilaksanakan, ringkas, mudah dimengerti, dan hemat biaya.
2. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud
Validitas instrument?
- Apa saja Macam
Macam Validitas Instrumen?
- Apa pengertian reliabilitas
instrument?
- Apa tipe tipe
reallibilitas?
- Apa faktor faktor
yang mempengaruhi realibilitas?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Validitas Instrumen
Validitas
berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen
pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut
tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. [2]
Kemudian, Arikunto menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk
menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian
dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat
ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan
rumus Pearson Product Moment.[3]
Menurut Gronlund validitas dapat diartikan sebagai ketepatan yang dihasilkan
dari skor tes atau instrumen penilaian. Suatu instrumen penilaian dikatakan
valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.[4]
Validitas
suatu instrumen penilaian mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti
berikut:
- Validitas
berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen penilaian
untuk grup individual.
- Validitas
diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup
kategori rendah, menengah, dan tinggi.
- Prinsip
suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan
oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu
saja. Tes valid untuk bidang studi metrologi industri
2. Macam-Macam Validitas
Pada
tahun 1940-an dan awal tahun 1950 para ahli pengukuran pendidikan telah
melakukan berbagai macam pengkajian terhadap bagaimana menentukan dan menilai
validitas. Pada tahun 1954 misalnya the American Psychological Association Test
and Diagnostic Techniques mengusulkan empat pendekatan yang sering dinamakan
empat muka validitas (four faces of validity) yang digunakan untuk menentukan
validitas.6 Empat validitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi validitas yang
dapat diketahui melalui pemikiran (validitas logis) dan hal yang kedua
diketahui melalui uji empiris (validitas empiris). Dua hal inilah yang merupakan
garis besar sebagai dasar pengelompokan validitas tes. Berikut penjelasan dari
jenis-jenis validitas tersebut:
a.
Validitas
Logis
Istilah ”validitas
logis” mengandung kata ”logis” berasal dari kata ”logika”, yang berarti
penalaran. Dengan demikian validitas logis menunjuk pada kondisi instrumen
valid berdasarkan hasil penalaran. Ada dua macam validitas logis yang dapat
dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi (content validity) dan
validitas konstruk (construct validity).[5]
1) Validitas Isi (Content Validity)
Donald, dkk.
mengemukakan bahwa ”content validity is evidence based on test content involves
the test’s content and its relationship to the construct it is intended to
measure. The Standards defines content-related evidence as The degree to which
the sample of items, tasks, or questions on a test are representative of some
defined universe or domain of content.” Donald mengartikan bahwa validitas isi
adalah hubungan isi dengan item atau pertanyaan-pertanyaan di dalam tes yang
representatif dari semua domain-domain isi pelajaran atau sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan. Senada dengan itu, Wayan
mendefinisikan validitas isi sebagai kejituan dari pada suatu tes ditinjau dari
isi tes tersebut.[6]
Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan
valid jika materi tes tersebut benar-benar bahan yang representatif terhadap
bahan-bahan pelajaran yang diberikan.
Untuk menilai apakah
suatu tes memiliki validitas isi atau tidak, dapat dilakukan dengan jalan
membandingkan materi tes tersebut dengan analisa rasional yang kita lakukan
terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut.
Apabila materi tes tersebut cocok dengan analisa rasional yang kita lakukan,
berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi, sebaliknya jika materi
tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita, berarti tes tersebut tidak
valid. Sebagian ahli tes berpendapat bahwa tidak satupun pendekatan statistik
yang dapat digunakan untuk menentukan validitas isi suatu tes.
Menurut Guion (1977),
validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgmen para ahli. Validitas
isi suatu tes tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara statistika,
tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes.
Oleh karena itu, Wiersma dan Jurs (1990) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya
mendasarkan pada analisis logika. Berikut merupakan prosedur yang dapat
digunakan, antara lain:
1. mendefiniskan domain
yang hendak diukur.
2. menentukan domain yang akan diukur
oleh masing-masing soal.
3. membandingkan masing-masing soal
dengan domain yang sudah ditetapkan.
2) Validitas Konstruksi (Construct
Validity)
Secara etimologis, kata
”konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka, atau rekaan. Adapun secara
terminologis, tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas konstruksi, apabila tes hasil
belajar tersebut (ditinjau dari susunan, kerangka, atau rekaannya) telah dapat
dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi berpikir (aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan
instruksional khusus. Konstruk (construct) adalah suatu
yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati
dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan
valid apabila cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan
kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila
soal-soalnya mengukur aspek yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi
dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum
b.
Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan
(korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau obyek
penelitian yang lain. Validitas konkuren diperoleh dengan mencari korelasi
antara skor pengukuran dan kriteria ukuran yang telah ada pada waktu yang
sama/yang disiapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengukur dan
menentukan validitas yang terjadi bersamaan, digunakan metode hubungan atau
metode perbedaan. Dengan metode hubungan, orang mencari hubungan antara skor
hasil pengukuran alat yang disusun dengan skor hasil pengukuran yang telah
pasti. Bila angka korelasi tinggi berarti alat pengukur tersebut memiliki
validitas. Metode perbedaan menentukan skor hasil tes dengan membedakan
subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat dan yang tidak mempunyai sifat-sifat
tertentu atau subjek-subjek yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda
tingkatannya.
c.
Validitas Prediksi (Predictive Validity)
Validitas prediksi adalah validitas
dimana suatu alat pengukur dapat memprediksi kemampuan satu individu yang
bekerja dalam situasi mendatang. Validitas ini sangat penting untuk memilih
atau mengklasifikasi individu-individu. Tak ada alat pengukur yang mempunyai
validitas prediksi yang paling baik. Lebih tepat membuat prediksi dari
kombinasi beberapa alat pengukur daripada hanya satu. Data untuk klasifikasi
diperoleh lebih dari satu indikator.
Validitas prediksi diperoleh
dengan cara mencari korelasi antara skor pengukuran dan kriteria pengukuran
yang telah ada pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui validitas prediksi
digunakan perhitungan hubungan antara skor alat pegukur yang disusun dengan
alat pengukur lain yang telah berhasil digunakan dalam situasi sebelumnya.
Proses menghitung variabel prediksi terdiri dari beberapa langkah yaitu:
-
Mengidentifikasi
dan mendefinisi kriteria sehingga menjadi ukuran yang valid
-
Menjalankan
alat ukur atau variabel prediksi dan menanti sampai tingkah laku yang
diprediksi muncul
-
Gunakan
ukuran kriteria dan korelasi dua himpunan skor tersebut
Bilangan perhitungan atau
koefisien validitas menunjukkan validitas prediksi dari alat pengukur tersebut.
Jika koefisien itu tinggi berarti alat pengukur tersebut valid memprediksi.
3. Reliabilitas Instrumen
Kata
reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa
Inggris, berasal dari asal kata reliabel yang artinya dapat dipercaya.
Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada
waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama
atau ajeg dalam kelompoknya.[7]
Uno, dkk. memberikan penekanan pada
pengertian reliabilitas sebagai konsistensi tes. Yaitu, seberapa konsisten skor
tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabilitas merujuk pada
ketetapan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya
kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.[8]
Dalam
http://wapedia.mobi/id reliabilitas, keandalan adalah konsistensi dari
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa
pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan
hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang
penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).[9]
Jadi jelas bahwa, reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila
mana tes tersebut diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil
tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapathasil
korelasi yang signifikan. Derajat hubungan ini ditunjukkan dengan koefesien
reliabilitas yang bergerak dari angka 0 sampai dengan angka 1. Jika
koefesiennya semakin mendekati angka 1
maka semakin reliabel dan sebaliknya.
4. Tipe-tipe Reliabelitas
Berbagai tipe tersebut akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Relibalelitas
Dengan Tes-Retes
Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes
menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi
yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran.
Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa mencapai
suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu dites lagi
dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang guru akan
mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang ingin diukur
(Sukardi, 2008).
Sedangkan Arikunto (1997: 88) Metode tes ulang (tes-retes)
dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan
teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi dicobakan dua
kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat
disebut juga dengan single-test-double-trial-method. Jika hasil
koefisien menunjukkan tinggi, berarti reliabilias tes adalah bagus. Sebaliknya,
jika korelasi rendah, berarti tes tersebut mempunyai konsistensi rendah. Reliebelitas
tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
- Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai
dengan rencana.
- Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu
atau dua minggu, lakukan kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama
tersebut.
- Korelasikan kedua hasil tes tersebut.
b. Reliabelitas
Dengan Bentuk Ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang
hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap
tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut
sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya
mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama,
mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan
interpretasi yang sama.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 87)
tes paralel atau equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan,
tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butirnya berbeda. Dalam istilah
bahasa Inggris disebut Alternate-forms method (parallel forms). Tes
reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
- Tentukan sasaran yang hendak dites
- Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran
tersebut.
- Administrasinya hasilnya secara baik.
- Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan
yang kedua kalinya pada kelompok tersebut
- Korelasikan kedua hasil skor tersebut.
Perlu diketahui juga bahwa tes ekivalensi mempunyai
kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekivalen adalah
sulit. Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan pengukuran (Sukardi, 2008).
Pernyataan lain juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 88) kelemahan dari metode
ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi
pula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
c. Reliebilitas
Dengan Bentuk Belah Dua
Menurut Sukardi (2008: 47) Reliabilitas belah dua ini
termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi
internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan
dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya
satu kali. Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan
dengan urutan sebagai berikut:
- Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada
subjek sasaran.
- Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang
paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan
nomor genap pada kelompok tersebut.
- Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima
item genap dan item ganjil.
- Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula
korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2008).
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Reliabilitas
Dalam
mengestimasi reliabilitas tes ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
reliabilitas tes, sehingga tes tersebut tidak reliabel. Pada umumnya, dalam
pendidikan reliabilitas sebuah tes dipengaruhi oleh adanya perbedaan
individual. Terkadang reliabilitas dipengaruhi oleh faktor yang permanen
ataupun faktor yang terjadi karena faktor sementara seperti karena kelelahan,
menerka, atau pengaruh latihan.[10]
Menurut
Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu
penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau
terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang
juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai
berikut:
a) Panjang
tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi
pembelajaran diukur.
b) Penyebaran
skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran
skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi
estimasi koefisien reliable.
c) Kesulitan
tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung
menghasilkan skor reliabilitas rendah.
d) Objektifitas,
yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi
sama, mencapai hasil yang sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Validitas
dan reliabilitas merupakan syarat mutlak bagi alat ukur untuk mengukur sikap
beberapa orang responden dalam penelitian. Validitas digunakan untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen tes/item pertanyaan yang diberikan.
Item yang valid adalah item yang dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Sedangkan reliabilitas adalah keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut
diuji berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama
dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang
signifikan.
Validitas
suatu tes dapat dilihat melalui penalaran (logis) maupun melalui fakta-fakta
empiris. Validitas logis dapat ditinjau dari isi dan susunan tes, dimana
instrumen tes harus linier dengan isi/pelajaran dan sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya. Kemudian untuk membuat
susunan butir-butir tes yang dikatakan valid adalah mendasarkannya dengan
susunan indikator-indikator yang telah dirumuskan. Contoh dari validitas logis
adalah validitas isi dan validitas konstruk. Kemudian validitas empiris
merupakan validitas yang dapat diuji secara empiris. Instrumen diuji melalui
metode statistika. Validitas empiris dapat dibagi menjadi dua, yaitu validitas
internal dan validitas eksternal. Validitas internal memperlihatkan seberapa
jauh hasil ukur setiap butir tes konsisten dengan hasil ukur instrumen secara keseluruhan.
Sedangkan validitas eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain diluar
instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Contoh dari validitas eksternal
adalah validitas konkuren (bandingan) dan validitas prediktif. Sedangkan reliabilitas
dibagi menjadi dua, yaitu: reliabilitas tanggapan dan reliabilitas konsistensi
gabungan item. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk
memperoleh data-data yang valid. Data-data ini yang kemudian dianalisis dalam
rangka mencari kesimpulan penelitian. Kesimpulan yang akan menentukan
ditolaknya hipotesis nol atau diterimanya hipotesis nol.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali & Pudji
Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana, 2008), hlm. 49.
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi
Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 144
Hamzah, B. Uno, dkk, Pengembangan
Instrumen Untuk Penelitian (Jakarta: Delima Press, 2010), hlm. 141
http://wapedia.mobi/id ,
diakses tanggal 6 April 2018.
Riduwan, Metode dan
Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedelapan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
109
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan
Kesepuluh, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 17
Suharsini
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 65
Sukardi, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
30-31
Wayan
Nurkancana. Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
hlm. 129
[1]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Cetakan Kesepuluh, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 17
[2]
Djaali & Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan,
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm. 49.
[3]
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan Kedelapan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 109
[4]
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 30-31
[5] Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 65
[6] Wayan Nurkancana. Evaluasi
Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 129
[7]
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 144
[8]
Hamzah, B. Uno, dkk, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian (Jakarta:
Delima Press, 2010), hlm. 141
[9]
http://wapedia.mobi/id, diakses tanggal 6 April 2018.
Komentar
Posting Komentar